Oleh: Agusti Alfi Nurul
Insani (Ketua Umum HMI Komisariat Dakwah Walisongo, Mahasiswa Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo,
Semarang)
Berdakwah merupakan tugas mulia yang diemban
Rasulullah Muhammad SAW sejak 14 abad silam. Sebagai rahmatan lil
‘alamin, beliau tidak hanya diberi tanggung jawab untuk menyebarkan ajaran
Islam pada suatu kaum saja, tetapi beliau juga harus menyiarkan agama Allah
kepada seluruh umat manusia. Untuk melaksanakan tugas mulia tersebut, dengan
dukungan para sahabat dan keluarga, Rasulullah mulai menyiarkan agama Islam ke
seluruh umat di Jazirah Arab, khususnya Mekah dan Madinah.
Perjalanan dakwah Rasul tidak berjalan tanpa
rintangan. Berbagai rintangan telah beliau hadapi, mulai dari cercaan, celaan,
permusuhan, pemboikotan, hingga siksaan dari kaum kafir. Namun, hal itu tidak
menghambat atau bahkan menghentikan langkah Rasulullah untuk tetap
memperjuangkan dakwah Islam.
Walaupun penuh halangan dan rintangan, kegigihan
dakwah umat Islam saat itu mampu menuai hasil yang gemilang, diantaranya adalah
membawa Madinah menjadi negara yang makmur dan aman serta melakukan pembebasan
kota Mekah dari kaum kafir Quraisy yang selama ini menjadi penentang utama
dakwah Islam. Selain itu, Umat Islam juga meraih berbagai kemenangan dalam
peperangan, sehingga wilayah kekuasaan Islam semakin luas.
Hingga tiba masa beliau akan meninggal dunia, beliau
melimpahkan tugas dakwah yang selama 22 tahun diemban kepada umatnya. Proses
pelimpahan dakwah ini Rasulullah sampaikan ketika haji terakhir beliau,
tepatnya pada saat khutbah perpisahan (wadla’). Berawal
dari sini, tugas dakwah yang pada mulanya tertumpu di punggung Rasulullah
beralih ke pundak para sahabat dan umat Islam.
Sebagaimana umat Islam sepeninggal Rasulullah dahulu,
umat Islam saat ini pun tak luput dari tanggung jawab tersebut. Bahkan seiring
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, tantangan yang harus
dihadapi para da’i masa kini pun semakin kompleks, baik tantangan-tantangan
yang berasal dari luar Islam maupun dari umat Islam sendiri. Oleh sebab itu,
para da’i harus bekerja ekstra untuk memenuhi tantangan-tantangan tersebut,
demi kelancaran dakwah Islam sesuai yang diwasiatkan Rasulullah SAW.
Bercermin kepada kesuksesan-kesuksesan yang berhasil
diraih umat Islam pada masa silam, dakwah Islam masa kini belum mampu meraih
hal yang serupa. Bahkan, perkembangan dakwah Islam saat ini mulai mengalami
degradasi. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah
peran da’i yang mulai melemah.
Di tengah urgensi peran para penggema kalam Allah ini,
kata “dakwah” sudah mengalami spesialisasi (penyempitan) makna. Dakwah yang
seharusnya merupakan suatu kewajiban yang diembankan kepada setiap muslim untuk
menyerukan ajaran Islam, kini telah mengalami pergeseran makna menjadi suatu
kewajiban yang hanya dibebankan kepada para da’i atau penceramah saja.
Ceramah merupakan salah satu dari sekian banyak metode
dalam berdakwah. Metode ini hanya tepat digunakan oleh orang-orang yang
mempunyai kecerdasan linguistik verbal yang tinggi. Sedangkan
jika dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki tingkat kecerdasan
tersebut, maka subtansi dakwah tidak akan tersampaikan dengan sempurna. Oleh
sebab itu, setiap muslim harus menggunakan metode-metode yang lebih tepat
dengan keahlian dan potensi masing-masing. (Pernah dimuat di Kompas
Islam, Februari 2015)
0 Comments